Minggu, 26 September 2010

Matahari Terluka

Ku tatap langit senja
Merekahkan warna merah di setiap pancarannya
Angin sore berhembus beriringan
Menjatuhkan daun kering tak berdosa

Lihat, sang mentari terluka
Dan dunia sekejap menjadi gelap
Sama seperti kita, kawan
Biarlah, lebih baik mentari tidur selamanya

Kemarin ketika hujan
Kau bercerita tentang impian, harapan, dan kita
Lalu kau berdoa kepada Tuhan
Untuk tidak memisahkan kita

Lihat itu, sekarang aku menangis
Tak ada lagi yang menemaniku menyambut mentari
Menemaniku bernyanyi, bercerita
Mungkin karena deru hujan di siang hari
Membuat nada-nada indah menjadi percuma
Menyembunyikan semua yang bisa terdengar, terlihat, terucap
Mengapa Tuhan ingkar

Di dasar hati aku bertanya
Mengapa tak ada lagi kehangatan mentari
Matahari sudah begitu terluka
Inikah sebabnya pagi menjadi kelam ?
Dan kau pergi begitu saja
Ketempat para dewa
Untuk meminta pertangungjaban atas doamu kepada Tuhan
Bolehkah aku mempercayai ini

Mungkin pena kita sudah kehabisan tinta, kawan
Tak banyak cerita yang bisa kita tulis
Tapi setidaknya kenangan itu masih tertinggal
Kan ku jaga sampai hari ku tua nanti
Dan akan aku perlihatkan pada kau kenangan-kenangan indah itu
Kelak suatu saat nanti
Di sana.
Di tempatmu bertemu dengan Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar