Sabtu, 23 April 2011

Tahun Ketiga



Kau ingat bagaimana kita pertama kali bertemu? Berkenalan, kemudian saling menyapa, dekat, berbagi rasa dan akhirnya seperti ini. Aku bahkan sudah lupa, bagaimana aku bisa mengenal kalian satu persatu. Yang kuingat aku hanya mengenal beberapa teman-teman sekelasku di kelas satu dulu, kemudian sang juara umum satu, teman satu ekstrakurikuler, dan sisanya hanya sekedar tahu saja. Tak banyak yang aku kenal, paling banyak 10 orang dan sisanya bagiku adalah orang - orang asing. Ah tak mungkin aku bisa mengenal kalian semua, begitu gumamku dulu. Pernah kau bayangkan bagaimana rasanya berpindah tempat dari desa kecil ke kota besar yang syarat akan persaingan? Itulah yang aku alami atau mungkin kalian juga mengalaminya. Entahlah, itu hanya pikiranku. Yang pasti sangat tidak menyenangkan awalnya, catat awalnya. Jika di desa kau adalah raja saat pindah ke kota kau budaknya. Yah sungguh suatu pengandaian yang mengerikan. Intinya jika kau tidak berusaha sungguh-sungguh barang lengah saja, kau akan kalah dan akhirnya terpinggirkan bahkan akan ditinggalkan. Sekali lagi, itu hanya sudut pemikiranku. Kau tahu, suatu hal yang tak bisa aku bayangkan adalah menjadi bagian dari kalian. Aku takut, jelas. Aku paling benci dengan persaingan, apalagi menjadi kalah. Hey apakah kau tahu aku sempat merasa ini sebuah mimpi buruk, bisa bertemu dengan kalian yang notabene terlihat sangat wah di benakku. Aku seperti anak kecil yang kehilangan permen gulalinya saat itu, bingung dan sedih, tapi tak tahu apa yang harus aku lakukan. Kau tahu, Entah mengapa ada sesuatu yang membuatku berdegup setiap kali sang pagi datang dan aku harus pergi sekolah. Ada sesuatu yang membuat kepalaku berputar setiap kali ku injakan kakiku ke ruangan ini, saat melihat kalian berkumpul di sudut ruangan itu. Ya, membentuk kelompok-kelompok yang bagiku sangat tidak idealis dan terkesan membentuk kesenjangan saat itu. Membuatku ingin berteriak dan mempercepat sang waktu. Benar-benar aku tak suka saat itu, sekali lagi catat saat itu – dulu.  Sudahlah lupakan keluguanku atau mungkin keparnoanku saat itu. Entah bagaimana, aku tak ingat atau mungkin ini sebuah keajaiban. Ya ini bisa jadi suatu keajaiban. Kalian satu persatu datang mendekat padaku. Membuka pikiranku. Dan membuatku tergoda untuk memasuki kepribadian kalian, Kepribadaian yang unik sungguh sangat unik, yang bagiku “aneh” namun entah mengapa aku yakin itulah kebahagian yang aku cari-cari. Dan disinilah dimulai cerita kita, ada aku dan kamu sebagai tokoh utamanya. Dan benar saja perkenalan kita ini awal dari kehidupanku yang sesungguhnya di masa putih abu ini, awal dari mimpi-mimpi yang berusaha aku dan kamu -- kita bangun, dan awal dimana aku mengerti apa itu arti kehidupan, ya di tahun ketiga ini.
Bercerita tentang kalian di tahun ketiga ini tak akan pernah ada habisnya. Bisa kupastikan itu. Tak cukup ratusan-ratusan kata aku rangkai untuk menggambarkan bagaimana kita bisa seperti ini. Apakah kau tak sadar bahwa pertemuan kita ini adalah sebuah takdir? Coba kau ingat kembali. Terlalu banyak-sangat banyak malah kebetulan yang membuat kita menjadi satu. Yang membuat kita mengerti apa arti persahabatan, yang membuat kita merasakan berbagai warna kehidupan. Bukan kehidupan yang hitam putih, ataupun hanya merah kuning hijau saja. Coba pelan-pelan kau buka folder demi folder di otakmu itu dan hitung sudah berapa banyak hal-hal yang kita lakukan bersama. Ya bersama-sama dimana hanya ada aku dan kalian, tak ada yang lain. Aku tebak kau pasti akan kesulitan menghitungnya. Sangat banyak hari-hari yang kita habiskan bersama. Jika dulu aku benci hari senin, sekarang aku menyukainya. Ya, karena kalian. Ingatkah kau waktu yang kita habiskan mulai dari hari senin sampai sabtu? Atau waktu istirahat yang menjadi faforit kita. Tidak tidak, bukan waktu istirahat, tepatnya saat jam kosong. Kau ingat bagaimana kita –anak perempuan duduk melingkar sekedar untuk mebicarakan siaran tv kemarin, masalah cinta masing-masing, berbagi lelucon-lelucon sampai hal-hal yang aneh. Lalu kemudian para laki-laki datang dan ikut bergabung bersama kita dan suasana pun menjadi lebih bewarna. Aku terbiasa tertawa lepas karena kalian, aku tersenyum tulus juga karena kalian yang mengajariku. Kemudian apa kau ingat saat kita duduk bergerombol di kantin sekolah dan semua mata memperhatikan kita. Ya, memandang iri akan kekompakan kita. Lalu saat kita saling bergandengan tangan ketika oranglain membicarakan kita, menggunjing kita meledekan kita dan berusaha memanfaatkan kita begitu saja. Atau kau ingat saat kita berkumpul selama seminggu penuh? Bersama-sama setiap saat, di tempat yang sama. Bercanda tawa sampai puas, tak ada kesedihan karena memang kita dipertemukan untuk menyebar dan mendapatkan kebahagiaan bukan.
Kemudian menikmati cinta-cinta yang lugu yang mulai tumbuh satu persatu di hati kita. Tersenyum atas cinta yang begitu tiba-tiba datang, yang membuat kita semakin dekat karenanya. Lalu, kau ingat saat kita hampir terpisahkan, ya di akhir tahun kedua. Semua saling berpelukan dan berkumpul di temani cahaya sinar bulan kemudian berbicara tentang banyak hal, sangat banyak hal. Berbicara tentang kenangan-kenangan yang kita alami, suka duka yang kita rasakan bersama. Kau tahu itu pertama kalinya aku merasakan ketidakrelaan yang begitu besar, makanya jangan heran jika aku meneteskan airmata dan memegang erat tangan kalian saat itu. Aku hanya takut terlepas dari lingkaran yang telah kita buat, hanya itu. Aku tak takut kalah, aku tak takut tersaingi, karena aku sadar bukankah hidup itu memang penuh persaingan, karena aku tahu siapa kalian, dan karena aku sadar kalian manusia-manusia yang berkali lipat lebih hebat daripada aku. Ada banyak sekali pelajaran yang kau ajarkan padaku di tahun ketiga ini. Yang pertama tentu saja kau mengajarkanku apa itu persahabatan. Kau mengajarkan bahwa semua orang memiliki karakter yang berbeda-beda, memiliki warna-warna dasar yang menyelimuti mereka. Kau juga mengajarkanku tentang semua ilmu eksak. Ingat, bagaimana kita jungkir balik belajar bersama mengejar prestasi bersama, bekerja sama, berbuat nakal bersama, mengecoh guru, dan banyak lainnya. Kau juga yang mengajariku bagaimana dan apa itu cinta. Mengajariku untuk selalu menghargai kehidupan, mensyukuri kehidupan, berterimakasih kepada alam, mencintai keluarga, mencintai diri sendiri, ingat kepada Tuhan, dan yang terpenting mengajarkanku akan suatu keberanian. Keberanian untuk memandang masa depan, memandang semua masalah yang pasti bisa kita selesaikan, berani untuk membuktikan kepada diri kita bahwa kita bisa, bahwa kita mampu, bahwa kita pasti bisa menjadi pemenang.
Tahun ini tahun ketiga, agak berat menuliskannya. Tahun terakhir kita menggenakan seragam putih abu , terikat dengan tata tertib dan aturan yang sering kita langgar bersama, berkutat dengan kumpulan soal-soal dan rumus yang tak jarang sering kita ributkan bersama. Tapi bukankah di setiap pertemuan selalu ada perpisahan, ya suatu kodrat alam. Dan aku baru saja menyadari sesuatu. Kita seperti sedang bermain puzzle. Menyusun keping tiap keping puzzle dan menggabungkannya sehingga terbentuk gambar yang bermakna, itulah yang sedang kita alami sekarang. Setiap orang memiliki sekeping puzzle yang berbeda, tinggal bagaimana kita membuatnya menjadi satu dengan milik kita. Bukan hal yang susah namun juga tak bisa di bilang mudah. Kau ingat kesukaan kita terhadap hujan. Sampai sekarang tetap aku yang paling bisa meramalkan kapan hujan akan datang, lalu kalian semua akan duduk di bangku masing-masing sambil menghadap jendela, memejamkan mata seolah-olah merasakan kenikmatan hujan. Menuliskan pesan-pesan lewat jendela yang tertutupi embun sehabis hujan. Atau menggantungkan boneka pemanggil hujan agar hujan turun lagi. Cobalah belajar untuk mencium aroma hujan, kau tahu itu sangat menyenagkan. Kau akan tahu kapan hujan datang. Sesuatu yang sangat mudah untuk ditebak. Ahh menghabiskan waktu bersama kalian di tahun ketiga ini benar-benar menyenangkan. Aku semakin tahu siapa aku dan siapa kalian. Aku semakin tahu bahwa kita memang benar-benar memiliki banyak kesamaan. Aku mengerti ternyata perbedaan itu tak selamanya buruk, perbedaan itu indah. Kau tahu saat aku membuka lembar-demi lembar kalender di dinding kamarku, aku sadar waktu ini berputar begitu cepatnya. Saking cepatnya sampai aku lupa memberikan kenangan-kenangan yang paling indah untuk kalian. Aku tak tahu bagaimana aku harus menulis akhir cerita kita di tahun ketiga ini, ya karena tahun ini belum selesai, masih ada sisa waktu bagi kita untuk membuat kenangan – kenangan lebih banyak lagi yang akan membuat kita kembali tersenyum 10 tahun lagi. Jika 10 tahun lagi kita dipertemukan kembali, sudikah kau berdiri di depanku, memelukku erat, kemudian menyalamiku dan kita saling berkata “selamat” atas keberhasilan dan kesuksesan kita meraih mimpi, barang sebentar saja tak apa. Sudikah kau di sisa-sisa waktu ini kau berada di sampingku 1 jam saja, menghitung satu demi satu kenangan yang telah kita buat kemudian melengkapinya bersama jikalau kurang, atau bagaimana jika kita duduk di bangku taman kota sekedar berceloteh tentang apa saja, tentang masa depan, tentang mimpi kita, sampai daun-daun itu tak lagi jatuh dari pohonnya. Bolehkah aku sedikit saja meneguk secangkir kesempatan untuk bisa selalu berada di dalam lingkaran yang telah kita buat bersama. Atau bagaimanapun itu caranya. Sudikah kau berjanji padaku, 10 tahun lagi di tempat yang sama, dan tanggal yang sama kau hadir dan tersenyum padaku. Kemudian akan kita buka kenangan demi kenangan yang pernah kita kubur bersama. Tersenyum bahkan menangis bersama lagi mengingat cerita-cerita di masa lalu, mulai dari awal sampai di akhir tahun ketiga. Dan memang beginilah akhirnya aku kamu, kita dan mereka berada dalam satu lingkaran yang kuberi nama keluarga IPA 3. Jangan pernah lupakan aku , dan tenang saja tanpa kau mintapun aku tidak akan melupakanmu sahabat..
Terima kasih telah memberikan cerita-cerita indah di tahun ketiga ini, terima kasih atas segala yang kau ajarkan padaku, atas semua perhatianmu, atas senyumanmu, terimakasih atas sikapmu yang membuatku pernah sempat terluka, terimakasih atas segala warna yang kau berikan padaku, atas segala ledekan yang kau berikan kepadaku, terima kasih atas segalanya. Maaf, maaf jika aku hanya bisa berada tiga tahun di sampingmu, maaf karena aku sering meyudutkanmu, karena aku terlalu egois, karena aku selalu marah-marah, karena aku tidak bisa membuka matamu tentang arti cinta, maaf karena aku pernah menyimpan suatu rasa padamu, maaf karena aku terlalu berharap, maaf karena aku harus berhenti tersenyum untukmu, maaf karena aku sempat membencimu, sempat membuatmu menyerah, sempat membuatmu hampir terluka, maaf karena ketidaksempurnaan ini..
When I see your smile
Tears roll down my face I can't replace
And now that I'm strong I have figured out
How this world turns cold and it breaks through my soul
And I know I'll find deep inside me I can be the one

I will never let you fall (let you fall)
I'll stand up with you forever
I'll be there for you through it all (through it all)
Even if saving you sends me to heaven

It's okay. It's okay. It's okay.
Seasons are changing
And waves are crashing
And stars are falling all for us
Days grow longer and nights grow shorter
I can show you I'll be the one

Tidak ada komentar:

Posting Komentar