Kamis, 04 Agustus 2011

Hey, kau percaya keberuntungan ? Aku Tidak :)

AYEE ITS 2011

Ayee, Hello haloooo I’m back !
Waaah udah lama bangeeeeeet gak nulis-nulis nih, tangan berasa kaku *lebay* ahahaha, kegiatan maba yang seabrek mnyita bnyak waktu sih guys, udah jarang OL, jarang nulis, jarang nonton TV, deeleeleel :’( aaaaaaaaa gimana nih gimana nih, rasanya banyak bgd kelewatan momen-momen baerharga buat di tulis.. yaah gapapa deh ya, walaupun sedikit basi tapi masih sedaap kok untuk dinikmati..
Aniway, mau ngucapin say goodbye dulu buat temen-temen SMA aku di SMAN 3 Denpasar --> XII IPA 3 TRISMA (THRILLER), guru-guru tercinta, sahabat-sahabat aku, mama- papa (hiks), adik, nenek, om-tante, sepupu-sepupu, kakak-kakak tersayang, dan KAMU ! hahaha.
YEAH, Saya seorang mahasiswa sekarangggg !! gak perlu deh ditulis bagaimna pengorbanan jatuh bangunnya saya untuk mendapatkan ITS, bakalan puaaaaaannjang dan luaaama yang asli bikin sedih lagi -________-, oke officially Iam a freshmen  at Institut Technological Sepuluh November Surabaya – System Information  .. yeeee prok prok prok :D alhamdulilaaaaaah bgd ya Allah, alhamdulilah dikasih hidayah sekolah di ITS, makasih mama-papa-adik-nenek-sodara2-sahabat semuanyaa :’( 
Uwaaa betah bgd disini (rasanya, menghibur diri mode :on) hahaha.. Tapi beneran lho, ngerasa lebih deket sama Allah, apalagi di bulan puasa kayak gini! Apalagi nih ikutan training ESQ di ITS yang asli bnyaak bgd dapat manfaat hidup, oke aku sudah tahu SIAPA AKU, APA TUJUANKU HIDUP, dan UNTUK APA AKU HIDUP :D  hemm penasaran ? oke brb aku bakalan cerita tentang masa-masa maba sistem informasi di ITS, waitwaiit yaa :)

Kamis, 05 Mei 2011

Lukisan Hujan


Aku tak pernah tahu bagaimana rasanya kehilangan, sampai kau yang mengajariku bagaimana merelakan sesuatu yang akan hilang.
            Kutatap bangunan yang berdiri kokoh itu lekat-lekat. Ada sesuatu yang membuat pandanganku tak bisa lepas darinya. Serangkaian kata terukir di pagar besi yang menjulang tinggi dan besar. Kata-kata motivasi yang hampir pudar di sapu hujan dan terik matahari ribuan hari, namun tetap terlihat elok dan menawan. Pagi ini sepertinya sang mentari enggan bangun, tak tampak sinarnya menghiasi langit pagi. Atau mungkin mentari sudah lelah? Sudah bosan menemani manusia? Lupakanlah. Aku turun dari mobil hitam menggenakan seragam putih-abu kebangganku. Ahh, tak terasa tiba juga saat ini. Ku tarik nafasku dan ku keluarkan perlahan, kunikmati atmosfer di sekitarnya. Tepat, masih sama seperti dua tahun yang lalu. Angin pagi beriringan menemani langkahku yang perlahan memasuki bangunan itu. Beberapa teman tersenyum menyapa, ada yang berhenti sekedar menawarkan tumpangan sampai ke parkiran. Ku gelengkan kepalaku mantap, aku ingin menikmati hari ini sendiri, dengan caraku sendiri. Samar-samar kudengar deru motor yang seketika membuat jantungku berdegup. Tak berani kumenoleh ke belakang, aku takut kecewa. Kuteruskan langkahku, entah sudah berapa kali dia memanggil namaku, tak jua ku balas. Sudah kubilang kan, aku takut kecewa.
Sampai di pelataran bangunan ini akhirnya ku hentikan langkahku. Memandang sekeliling. Ku kulumkan senyuman manis sekedar untuk membalas sapaan orang-orang yang berlalu lalang didepanku ini. Ah jadi seperti ini rasanya berdiri di antara hiruk-pikuknya ribuan orang yang mengejar mimpi. Sayup-sayup terdengar lantunan kidung di sudut barat, indah dan begitu menenangkan. Kemudian terlihat satu-persatu anak bergantian memasuki tempat pemujaan para dewa, menghaturkan bunga-bunga berwarna cantik serta tak lupa berpesan doa kepadaNya. Semuanya tulus berdoa, sejenak seperti melupakan beban yang mereka tanggul di dunia. Aroma dupa yang beragam menusuk hidungku, lekas kupercepat langkahku mengingat tujuanku datang kemari. Namun kembali langkahku tercegat, kali ini bukan karena suara permainan gamelan ataupun suara mantra-mantra yang terdengar apik yang membuatku terdiam. Kurasakan tangan kananku berat, ya seseorang menahannya. Dia. Aku tak berbalik, karena aku takut saat aku membalikan badan nanti duniaku akan kacau, sekali lagi aku takut kecewa. Seperti biasa, dia mengucapkan kata-kata yang mungkin baginya terkesan biasa tapi tidak bagiku. Dia bisa tertawa seperti itu dan aku hanya tersenyum kecut sembari berusaha mengatur detakan jantung ini. Ku beranikan membalikan badanku, sekali saja, tak apalah jika aku kecewa sekali saja, karena ini hari terakhir. Dia tersenyum dan aku selalu seperti ini, berkata-kata tak karuan tanpa berani melihat matanya. Aku tak kecewa, sungguh. Karena tak ada yang menemaninya . Hanya dia , ya dia dan aku.
            Berjalan disampingnya membuatku sadar aku terlalu banyak melewatkan waktu bersamanya. Seingatku sebulan yang lalu tingginya hanya berkisar dua atau tiga cm diatasku, tetapi bagaimana sekarang ia bisa jauh melampauiku. Ku perhatikan alas kakinya, dia tidak memakai high heels ataupun wedges , dia juga tidak menyumbal sepatu adidas hitamnya itu dengan batu atau apalah itu. Bagaimana mungkin bisa. Ku nikmati aromanya yang tersapu angin pagi diam-diam, tanpa sadar kutersenyum. Masih sama seperti dulu, tak pernah berubah. Aku bisa melihatnya dari ekor mataku, ya dia sedang memerhatikanku sambil tersenyum. kubalas dengan delikan “apa?” dan dia menghentikan langkahnya. Apa aku salah berucap? Kuperhatikan tangan kanannya terangkat dan mengacak-acak rambutku. Mataku tanpa sadar terpejam, aku tak berani berharap. Biarlah hanya aku dan Tuhan yang dapat merasakan detakan jantung ini, biarlah tertutupi oleh suara burung-burung gereja atau hembusan angin yang merayu. Ku kibaskan tangannya, dan tetap berjalan lurus kedepan. Kembali dari ekor mataku kuperhatikan dia terdiam, menghela nafas panjangnya kemudian berjalan menyusulku. Aku menunduk, memang seharusnya seperti ini kan?. Kutemukan sosok gadis manis tengah berdiri kurang lebih lima meter dariku. Dari kejauhan bisa kutebak siapa dia. Dia melambaikan tangan ke arahku tapi hanya kubalas dengan senyuman, karena aku yakin lambaian itu bukan untukku melainkan untuk orang di belakangku, ya untuknya. Semakin dekat jarakku dengan gadis itu, semakin terlihat jelas kerutan di wajahnya. Ahh bagaimana aku bisa tak sadar, jarakku dengannya terlalu dekat. Ku dorong tubuhnya begitu aku tahu betapa dekatnya kami. Lekas ku ucapkan salam perpisahan kepada mereka berdua dan masuk ke ruangan ini, ruang kelasku. Suasana kelas ini masih sepi, hanya ada sebagian orang teman-temanku. Ku sapa mereka satu-persatu, ini hari terakhir kan? Aku ingin menghafal nama mereka satu persatu. Aku berjalan ke deretan bangku nomor tiga dari depan. Ku letakan tas biru dongkerku di atas meja dengan sembarang, kemudian duduk dengan manis di kursi kesayanganku yang akan aku tinggali ini. Ku alihkan pandanganku ke luar jendela. Bisa kulihat mereka berdua masih berdiri di koridor kelas. Gadis itu tak henti-hentinya tersenyum, mendengar celotehan pasangannya. Kuperhatikan muka gadis itu, ada kebahagiaan di sana. Tanpa sadar ku titikan air mataku, jatuh begitu saja. Mengapa rasanya begitu sakit. Sakit sekali. ketika aku kembali menghadap jendela ku temukan mataku beradu dengan matanya. Lekas kuhapuskan sisa air mataku. Dan seketika aku mengalihkan pandanganku. Berharap ia tidak melihatnya, berharap ia tak akan pernah tahu rasa yang aku simpan untuknya. Kutundukan wajahku, menangis dalam diam itu ternyata jauh lebih menyakitkan. Tak apalah aku menangis hari ini, ini kan hari terakhir. Ya setidaknya kau dan dia punya happy ending.
Aku masih bergeming dalam diam ketika hujan tiba-tiba turun. Bahkan langitpun seolah bisa mengerti bagaimana suasana hatiku, dan hujan pun turut menemaniku menangis, terlalu deras, membuat nada-nada indah menjadi percuma. Sekilas kupandangi kembali sosoknya di balik jendela yang mulai tersamarkan hujan. Dia sedang tertawa-tawa bersama teman-teman lainnya. Aku tahu dia paling suka hujan. Mata kami kembali bertemu pandang. Kali ini tak aku acuhkan. Aku tersenyum. Seulas senyuman selamat tinggal. Dia balas tersenyum. Dan dengan itu, aku pun mengucapkan selamat tinggal yang sesungguhnya. Karena ada beberapa hal yang lebih baik tidak terucap. Cinta itu tidak memiliki. Begitu pula denganku. Walaupun sekarang rasanya sakit.
Sudah dua tahun kita terlambat dan ternyata hatiku masih sama, namun bukankah sudah tidak ada lagi kesempatan untuk memperbaikinya? Maaf, karena aku yang terlebih dahulu harus melepaskan kamu ...
           

Minggu, 24 April 2011

Ada Band - Masih

Official Video - Ada Band ft Gita-Gutawa - Yang Terbaik Bagimu

        Entahlah, tiba-tiba saja teringat akan lagu – lagu milik Ada Band. Sudah lima tahun mungkin tidak mendengar lagu yang satu ini : yang terbaik bagimu. Ahh lagu yang penuh dengan inspirasi. Lagu yang membuat aku sadar betapa pentingnya arti seorang ayah, yang membuatku bangga memiliki ”ayah” seperti ayahku sekarang. Lagu yang membuatku bersyukur kepada Tuhan karena telah melahirkanku ditengah-tengah keluarga sederhana ini. I love you Dad :). 


Sabtu, 23 April 2011

Kisah Bunga Matahari

         Bunga matahari selalu menghadap matahari. mengikuti kemana pun matahari pergi. Berusaha menjadi seperti matahari dan tertekan karena sadar tidak akan pernah bisa, sekuat apa pun dia berusaha. Dan karena perhatiannya selalu tertuju pada apa yang dilihatnya, dia tidak bisa melihat ke dalam dirinya sendiri. Bunga matahari tidak sadar kelebihannya sendiri. Dia tidak sadar dia lebih tinggi dari rata-rata bunga pada umumnya. Tidak tahu bahwa dia cantik. Tidak tahu bahwa banyak orang yang lebih senang melihatnya daripada melihat matahari itu sendiri :)
morning light, page :153

Tahun Ketiga



Kau ingat bagaimana kita pertama kali bertemu? Berkenalan, kemudian saling menyapa, dekat, berbagi rasa dan akhirnya seperti ini. Aku bahkan sudah lupa, bagaimana aku bisa mengenal kalian satu persatu. Yang kuingat aku hanya mengenal beberapa teman-teman sekelasku di kelas satu dulu, kemudian sang juara umum satu, teman satu ekstrakurikuler, dan sisanya hanya sekedar tahu saja. Tak banyak yang aku kenal, paling banyak 10 orang dan sisanya bagiku adalah orang - orang asing. Ah tak mungkin aku bisa mengenal kalian semua, begitu gumamku dulu. Pernah kau bayangkan bagaimana rasanya berpindah tempat dari desa kecil ke kota besar yang syarat akan persaingan? Itulah yang aku alami atau mungkin kalian juga mengalaminya. Entahlah, itu hanya pikiranku. Yang pasti sangat tidak menyenangkan awalnya, catat awalnya. Jika di desa kau adalah raja saat pindah ke kota kau budaknya. Yah sungguh suatu pengandaian yang mengerikan. Intinya jika kau tidak berusaha sungguh-sungguh barang lengah saja, kau akan kalah dan akhirnya terpinggirkan bahkan akan ditinggalkan. Sekali lagi, itu hanya sudut pemikiranku. Kau tahu, suatu hal yang tak bisa aku bayangkan adalah menjadi bagian dari kalian. Aku takut, jelas. Aku paling benci dengan persaingan, apalagi menjadi kalah. Hey apakah kau tahu aku sempat merasa ini sebuah mimpi buruk, bisa bertemu dengan kalian yang notabene terlihat sangat wah di benakku. Aku seperti anak kecil yang kehilangan permen gulalinya saat itu, bingung dan sedih, tapi tak tahu apa yang harus aku lakukan. Kau tahu, Entah mengapa ada sesuatu yang membuatku berdegup setiap kali sang pagi datang dan aku harus pergi sekolah. Ada sesuatu yang membuat kepalaku berputar setiap kali ku injakan kakiku ke ruangan ini, saat melihat kalian berkumpul di sudut ruangan itu. Ya, membentuk kelompok-kelompok yang bagiku sangat tidak idealis dan terkesan membentuk kesenjangan saat itu. Membuatku ingin berteriak dan mempercepat sang waktu. Benar-benar aku tak suka saat itu, sekali lagi catat saat itu – dulu.  Sudahlah lupakan keluguanku atau mungkin keparnoanku saat itu. Entah bagaimana, aku tak ingat atau mungkin ini sebuah keajaiban. Ya ini bisa jadi suatu keajaiban. Kalian satu persatu datang mendekat padaku. Membuka pikiranku. Dan membuatku tergoda untuk memasuki kepribadian kalian, Kepribadaian yang unik sungguh sangat unik, yang bagiku “aneh” namun entah mengapa aku yakin itulah kebahagian yang aku cari-cari. Dan disinilah dimulai cerita kita, ada aku dan kamu sebagai tokoh utamanya. Dan benar saja perkenalan kita ini awal dari kehidupanku yang sesungguhnya di masa putih abu ini, awal dari mimpi-mimpi yang berusaha aku dan kamu -- kita bangun, dan awal dimana aku mengerti apa itu arti kehidupan, ya di tahun ketiga ini.
Bercerita tentang kalian di tahun ketiga ini tak akan pernah ada habisnya. Bisa kupastikan itu. Tak cukup ratusan-ratusan kata aku rangkai untuk menggambarkan bagaimana kita bisa seperti ini. Apakah kau tak sadar bahwa pertemuan kita ini adalah sebuah takdir? Coba kau ingat kembali. Terlalu banyak-sangat banyak malah kebetulan yang membuat kita menjadi satu. Yang membuat kita mengerti apa arti persahabatan, yang membuat kita merasakan berbagai warna kehidupan. Bukan kehidupan yang hitam putih, ataupun hanya merah kuning hijau saja. Coba pelan-pelan kau buka folder demi folder di otakmu itu dan hitung sudah berapa banyak hal-hal yang kita lakukan bersama. Ya bersama-sama dimana hanya ada aku dan kalian, tak ada yang lain. Aku tebak kau pasti akan kesulitan menghitungnya. Sangat banyak hari-hari yang kita habiskan bersama. Jika dulu aku benci hari senin, sekarang aku menyukainya. Ya, karena kalian. Ingatkah kau waktu yang kita habiskan mulai dari hari senin sampai sabtu? Atau waktu istirahat yang menjadi faforit kita. Tidak tidak, bukan waktu istirahat, tepatnya saat jam kosong. Kau ingat bagaimana kita –anak perempuan duduk melingkar sekedar untuk mebicarakan siaran tv kemarin, masalah cinta masing-masing, berbagi lelucon-lelucon sampai hal-hal yang aneh. Lalu kemudian para laki-laki datang dan ikut bergabung bersama kita dan suasana pun menjadi lebih bewarna. Aku terbiasa tertawa lepas karena kalian, aku tersenyum tulus juga karena kalian yang mengajariku. Kemudian apa kau ingat saat kita duduk bergerombol di kantin sekolah dan semua mata memperhatikan kita. Ya, memandang iri akan kekompakan kita. Lalu saat kita saling bergandengan tangan ketika oranglain membicarakan kita, menggunjing kita meledekan kita dan berusaha memanfaatkan kita begitu saja. Atau kau ingat saat kita berkumpul selama seminggu penuh? Bersama-sama setiap saat, di tempat yang sama. Bercanda tawa sampai puas, tak ada kesedihan karena memang kita dipertemukan untuk menyebar dan mendapatkan kebahagiaan bukan.
Kemudian menikmati cinta-cinta yang lugu yang mulai tumbuh satu persatu di hati kita. Tersenyum atas cinta yang begitu tiba-tiba datang, yang membuat kita semakin dekat karenanya. Lalu, kau ingat saat kita hampir terpisahkan, ya di akhir tahun kedua. Semua saling berpelukan dan berkumpul di temani cahaya sinar bulan kemudian berbicara tentang banyak hal, sangat banyak hal. Berbicara tentang kenangan-kenangan yang kita alami, suka duka yang kita rasakan bersama. Kau tahu itu pertama kalinya aku merasakan ketidakrelaan yang begitu besar, makanya jangan heran jika aku meneteskan airmata dan memegang erat tangan kalian saat itu. Aku hanya takut terlepas dari lingkaran yang telah kita buat, hanya itu. Aku tak takut kalah, aku tak takut tersaingi, karena aku sadar bukankah hidup itu memang penuh persaingan, karena aku tahu siapa kalian, dan karena aku sadar kalian manusia-manusia yang berkali lipat lebih hebat daripada aku. Ada banyak sekali pelajaran yang kau ajarkan padaku di tahun ketiga ini. Yang pertama tentu saja kau mengajarkanku apa itu persahabatan. Kau mengajarkan bahwa semua orang memiliki karakter yang berbeda-beda, memiliki warna-warna dasar yang menyelimuti mereka. Kau juga mengajarkanku tentang semua ilmu eksak. Ingat, bagaimana kita jungkir balik belajar bersama mengejar prestasi bersama, bekerja sama, berbuat nakal bersama, mengecoh guru, dan banyak lainnya. Kau juga yang mengajariku bagaimana dan apa itu cinta. Mengajariku untuk selalu menghargai kehidupan, mensyukuri kehidupan, berterimakasih kepada alam, mencintai keluarga, mencintai diri sendiri, ingat kepada Tuhan, dan yang terpenting mengajarkanku akan suatu keberanian. Keberanian untuk memandang masa depan, memandang semua masalah yang pasti bisa kita selesaikan, berani untuk membuktikan kepada diri kita bahwa kita bisa, bahwa kita mampu, bahwa kita pasti bisa menjadi pemenang.
Tahun ini tahun ketiga, agak berat menuliskannya. Tahun terakhir kita menggenakan seragam putih abu , terikat dengan tata tertib dan aturan yang sering kita langgar bersama, berkutat dengan kumpulan soal-soal dan rumus yang tak jarang sering kita ributkan bersama. Tapi bukankah di setiap pertemuan selalu ada perpisahan, ya suatu kodrat alam. Dan aku baru saja menyadari sesuatu. Kita seperti sedang bermain puzzle. Menyusun keping tiap keping puzzle dan menggabungkannya sehingga terbentuk gambar yang bermakna, itulah yang sedang kita alami sekarang. Setiap orang memiliki sekeping puzzle yang berbeda, tinggal bagaimana kita membuatnya menjadi satu dengan milik kita. Bukan hal yang susah namun juga tak bisa di bilang mudah. Kau ingat kesukaan kita terhadap hujan. Sampai sekarang tetap aku yang paling bisa meramalkan kapan hujan akan datang, lalu kalian semua akan duduk di bangku masing-masing sambil menghadap jendela, memejamkan mata seolah-olah merasakan kenikmatan hujan. Menuliskan pesan-pesan lewat jendela yang tertutupi embun sehabis hujan. Atau menggantungkan boneka pemanggil hujan agar hujan turun lagi. Cobalah belajar untuk mencium aroma hujan, kau tahu itu sangat menyenagkan. Kau akan tahu kapan hujan datang. Sesuatu yang sangat mudah untuk ditebak. Ahh menghabiskan waktu bersama kalian di tahun ketiga ini benar-benar menyenangkan. Aku semakin tahu siapa aku dan siapa kalian. Aku semakin tahu bahwa kita memang benar-benar memiliki banyak kesamaan. Aku mengerti ternyata perbedaan itu tak selamanya buruk, perbedaan itu indah. Kau tahu saat aku membuka lembar-demi lembar kalender di dinding kamarku, aku sadar waktu ini berputar begitu cepatnya. Saking cepatnya sampai aku lupa memberikan kenangan-kenangan yang paling indah untuk kalian. Aku tak tahu bagaimana aku harus menulis akhir cerita kita di tahun ketiga ini, ya karena tahun ini belum selesai, masih ada sisa waktu bagi kita untuk membuat kenangan – kenangan lebih banyak lagi yang akan membuat kita kembali tersenyum 10 tahun lagi. Jika 10 tahun lagi kita dipertemukan kembali, sudikah kau berdiri di depanku, memelukku erat, kemudian menyalamiku dan kita saling berkata “selamat” atas keberhasilan dan kesuksesan kita meraih mimpi, barang sebentar saja tak apa. Sudikah kau di sisa-sisa waktu ini kau berada di sampingku 1 jam saja, menghitung satu demi satu kenangan yang telah kita buat kemudian melengkapinya bersama jikalau kurang, atau bagaimana jika kita duduk di bangku taman kota sekedar berceloteh tentang apa saja, tentang masa depan, tentang mimpi kita, sampai daun-daun itu tak lagi jatuh dari pohonnya. Bolehkah aku sedikit saja meneguk secangkir kesempatan untuk bisa selalu berada di dalam lingkaran yang telah kita buat bersama. Atau bagaimanapun itu caranya. Sudikah kau berjanji padaku, 10 tahun lagi di tempat yang sama, dan tanggal yang sama kau hadir dan tersenyum padaku. Kemudian akan kita buka kenangan demi kenangan yang pernah kita kubur bersama. Tersenyum bahkan menangis bersama lagi mengingat cerita-cerita di masa lalu, mulai dari awal sampai di akhir tahun ketiga. Dan memang beginilah akhirnya aku kamu, kita dan mereka berada dalam satu lingkaran yang kuberi nama keluarga IPA 3. Jangan pernah lupakan aku , dan tenang saja tanpa kau mintapun aku tidak akan melupakanmu sahabat..
Terima kasih telah memberikan cerita-cerita indah di tahun ketiga ini, terima kasih atas segala yang kau ajarkan padaku, atas semua perhatianmu, atas senyumanmu, terimakasih atas sikapmu yang membuatku pernah sempat terluka, terimakasih atas segala warna yang kau berikan padaku, atas segala ledekan yang kau berikan kepadaku, terima kasih atas segalanya. Maaf, maaf jika aku hanya bisa berada tiga tahun di sampingmu, maaf karena aku sering meyudutkanmu, karena aku terlalu egois, karena aku selalu marah-marah, karena aku tidak bisa membuka matamu tentang arti cinta, maaf karena aku pernah menyimpan suatu rasa padamu, maaf karena aku terlalu berharap, maaf karena aku harus berhenti tersenyum untukmu, maaf karena aku sempat membencimu, sempat membuatmu menyerah, sempat membuatmu hampir terluka, maaf karena ketidaksempurnaan ini..
When I see your smile
Tears roll down my face I can't replace
And now that I'm strong I have figured out
How this world turns cold and it breaks through my soul
And I know I'll find deep inside me I can be the one

I will never let you fall (let you fall)
I'll stand up with you forever
I'll be there for you through it all (through it all)
Even if saving you sends me to heaven

It's okay. It's okay. It's okay.
Seasons are changing
And waves are crashing
And stars are falling all for us
Days grow longer and nights grow shorter
I can show you I'll be the one

Masih

Ku tengadahkan kepalaku menatap gelap pekatnya langit, tak ada bintang.  kau duduk sambil memeluk gitar usangmu, dia bernyanyi dan mereka tertawa. Pelan-pelan kututup kelopak mataku. Percuma, toh tak ada kerlap cahaya yang bisa aku lihat. Samar-samar terbayang wajah seseorang bukan, dua orang tepatnya. Dan di sana ada aku berada di tengah-tengah mereka sambil tertawa lepas. Ahh, sudah dua tahun sejak saat itu.  Ku tarik nafasku dan berlahan ku hembuskan kembali, kubuka mataku dan tepat saat itu dua buah tangan menyambutku. Yang satu milik seseorang yang tak pernah berhenti tersenyum dan yang satu lagi milik seseorang yang mengajariku apa itu kesempurnaan. Ku perhatikan muka mereka lekat-lekat. Ada guratan senyum di sana. Ku ulurkan tanganku kepada mereka berdua. Lekas kuhapuskan perasaan ini. Ku mantapkan hatiku . Cinta dipenghujung tahun ketiga , cinta yang lugu diantara lorong-lorong kelas. Tak mungkin bisa ku lanjutkan. Terlalu banyak orang yang akan tersakiti, dan bukankah cinta itu mengantarkan kebahagian bukan kesedihan? Itukan definisi kita selama tiga tahun ini, yang kerap kali membuat kita saling adu mulut, yang membuat kita menjadi munafik, terjatuh, sampai akhirnya begini. Tak banyak memang kenangan yang kita buat bersama tapi akuilah persahabatan ini jauh lebih penting daripada cinta, jauh lebih bermakna, jauh lebih membahagiakan. Akuilah persahabatan kita ini telah mengantarkan kebahagiaan. Aku ingin sebentar saja, tak kurang dari 10 detik, biarkan aku memeluk kalian, biarkan rasa yang pernah bersarang terhadap salah satu dari kalian pergi menghilang bersama angin malam atau hancur di bawa derasnya hujan. Biarlah, tak apa. Biarkan saja seperti itu, walaupun hanya aku yang tersakiti yang penting kau tidak.Yang penting yang lain tidak, yang penting kita tidak berubah. Itu saja cukup. Dan sekali lagi kembali kumenatap kepada langit dan benar saja satu bintang telah muncul. Aku tersenyum, ternyata Tuhan tidak ingkar. Kita masih sama seperti dua tahun yang lalu dan akan terus seperti ini, iya kan sahabat...

It's Real, It's ME

            Entah sudah berapa ratus kata ku tulis cerita tentang kehidupanku. Tentang aku dan mereka, atau tentang aku dan kau. Sudahlah aku malas untuk menghitungnya, barang memikirkannya terkadang membuatku muak. Ingin sekali berteriak berhenti pada dunia ini. Sebentar saja, 5 menitpun tak apa. Sekedar untuk menghentikan segala aktifitas di bumi ini, membuat semua orang menjadi manekin sekejap saja. Kemudian berjalan di antara mereka dan merasakan kesendirian entah bagaimana caranya. Atau mungkin memperhatikan wajah-wajah mereka satu demi satu, menghitung berapa banyak kebaikan, berapa macam warna yang mereka berikan pada kehidupanku. Kemudian akan aku dekap mereka dengan caraku. Termasuk kau.
          Kau tahu, bagaimana rasanya berdiri di antara ribuan orang dengan menggunakan topeng, Kau akan terlihat kuat di luar, terlihat sempurna. Tidak ada orang yang tahu kau rapuh di dalam, bahkan orang-orang terdekatmu . Dan aku bukankah begitu hebat bisa melakukannya? Aku benci dengan kata be your self atau semacamnya. Bukankah itu kalimat paling munafik sedunia? Bagaimana kau bisa menjadi dirimu sendiri jika kau tidak tahu siapa dirimu. Aku tidak pernah tau siapa diriku ini, aku tak tahu apa bakatku, apa kelebihanku, apa warna faforitku, lagu kesukaanku, benda kesukaanku, makanan, film, hobiku aku tak pernah tahu itu. Bagiku semua warna sama. Tergantung bagaimana mereka terlihat menarik bagiku. Hampir tidak ada kata “paling” dalam kehidupanku. Semuanya sama saja, sama rata, sama rasa. Jangan aneh jika di luar aku sering menggunakan ungkapan “paling” pada setiap hal, setiap benda, bahkan setiap orang. Sudah ku bilang kan, aku ini ahli dalam menggunakan topeng. Bahkan aku merasa aku yang seharusnya mendapat penghargaan the best actrees di Grammy Award kemarin . Kau tahu bagaimana susahnya mengetahui siapa diri kita sendiri. Sudah beratus kata ku ketik di search engine, sekedar untuk mendapatkan pencerahan bagaimana cara untuk mengetahui siapa kita ini. Lalu, lihat hasilnya nihil. Aku tak punya mimpi untuk ku kejar, apalagi tujuan. Aku hanya tahu setelah aku menanggalkan seragam putih-abu ini aku kan melanjutkan ke universitas, terserah dimana saja, kemudian bekerja, menikah dengan orang yang aku cintai, membangun keluarga yang bahagia, kemudian menunggu sisa-sisa hidupku. Sesederhana itu. Mungkin Tuhan sudah bosan mendengar keluhanku, ya aku punya kelebihan mengeluh! Hal yang paling gampang untuk dilakukan. Sampai kau datang dan menunjukanku siapa aku. Kau yang merubah semuanya, jalan pikiranku, kehidupanku, dan membuatku sadar jika aku memiliki mimpi yang harus aku kejar.
            Aku punya mimpi. Yah setidaknya itu yang terpenting sekarang. Aku sedikit demi sedikit mulai mengenal diriku ini. Aku mulai merasakan kebahagiaan mencintai diriku sendiri, walaupun terkadang masih susah untuk melepas topeng yang telah melekat erat ini. Aku tak lagi gadis yang bercita –cita sesederhana kemarin. Aku tahu apa dan siapa yang harus ku kejar. Aku tahu untuk apa dan demi siapa aku mengejar mimpi itu, dan aku tahu apa alasanku untuk tetap hidup dengan mimpi-mimpi yang kurangkai sendiri. Bisa kau bayangkan, saat kau bangun dari tidurmu kemudian hal itu kau rasakan, ya ambisi menjadi apa kau 10 tahun mendatang. Itu yang aku alami. Entah mengapa NASA dan PBB menjadi tujuan akhirku untuk berhenti menggapai mimpi. Aku hanya tiba-tiba berkata “ aku ingin bekerja di sana”. Yah setelah menanggalkan seragam penuh kenangan ini aku akan meneruskan ke universitas yang tentu berprospek cerah untuk menghantarkan langkahku mengejar mimpi. Kemudian aku akan mengejar apa-apa saja yang belum aku dapatkan. Akan aku pergunakan waktu dengan baik, agar aku tak pernah lagi mengeluh pada Tuhan atas waktu yang berjalan lambat ini. Dan kau. Kau tentu akan menjadi orang pertama yang akan aku kabarkan setelah aku berhasil menyaingi matahari.
           Maukah kau 10 tahun nanti, berdiri di depanku lagi menjadi saksi kemudian akan kita hitung berapa banyak kenangan-kenangan yang entah sudah berapa banyak kita buat dan berapa banyak kesempatan yang tak kalah banyaknya kita lewatkan bersama. Cukup ada kau dan aku, kita. Bolehkah aku tebus dosa-dosa yng pernah dan sering aku perbuat padamu dengan kesuksesanku itu? Aku hanya ingin membuatmu berhenti bersedih . Berhenti menangisi orang-orang di sekitarmu. Aku ingin menggantikannya dengan senyuman. Hanya itu. Sudikah kau suatu saat nanti memberikan senyuman paling indah ketika kita bertemu lagi. Terima kasih, terimakasih untuk semuanya yang kau berikan padaku. Untuk semua mimpi yang kau ajarkan padaku, untuk semua kasih sayang yang tak pernah terputus dan untuk segalanya yang kau berikan di setiap langkah kehidupanku. I Love you Mom and Dad 